Korban penyalahgunaan narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiswa masih menunjukkan kenaikan yang cukup siginfikan dari tahun ke tahun. Generasi muda yang menjadi korban tersebut harus kita tolong kehidupannya agar tidak terlanjur ke dalam jerat narkoba. Peran orang tua dalam rangka membantu para remaja dan mahasiswa agar tidak terjerumus ke dalam kubang narkoba sangat dibutuhkan. Apalagi apabila para korban penyalahgunaan narkoba tersebut adalah dari kalangan terdekat kita, seperti adik, keponakan, saudara atau mungkin anak kita sendiri, dibutuhkan kerja keras dan kasih sayang yang tulus untuk mengangkat mereka dari jeratan narkoba. Jangan kita salahkan mereka karena menjadi korban narkoba, tetapi harus kita rengkuh dengan ketulusan dan kasih sayang agar mereka sembuh. Sebagai orang tua, kita harus menganggap bahwa korban penyalahguna narkoba adalah sedang menderita penyakit yang perlu kita tolong kesembuhannya. Untuk bisa menolong mereka menjadi sembuh dan normal kembali diperlukan pegetahuan dan teknik tersendiri. Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui oleh para orang tua atau siapa saja dalam rangka mencegah dan menangani penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder, tertier, pencegahan melalui kegiatan alternatif dan pencegahan berbasis masyarakat.
1. Pencegahan primer, ditujukan kepada para remaja / pemuda yang belum menyalahgunakan narkoba dan semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu para remaja mencegah penyalahgunaan narkoba, seperti organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, pemerintah (daerah) setempat dan masyarakat. Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan atau penerangan dan pengetahuan kepada mereka agar mengetahui dan tergugah untuk berperan aktif dalam kegiatan pencegahan. Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan melalui tatap muka (ceramah, diskusi, sarasehan dan seminar), melalui media cetak (surat kabar, leaflet, brosur, buletin, poster, stiker, flayer dan Iain-lain), maupun dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya narkoba ke dalam penyuluhan dan bimbingan sosial, agama, moral dan hukum, olah raga, kesenian, kerajinan tangan, hobi, dan Iain-lain.
2. Pencegahan sekunder, ditujukan kepada para remaja / pemuda yang sudah mulai coba-coba menggunakan narkoba baik disekolah atau di luar sekolah serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu remaja / pemuda untuk berhenti menyalahgunakan narkoba, seperti orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah (daerah), organisasi masyarakat. Pencegahan sekunder berguna untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan narkoba, menyelamatkan dan memperkuat ketahanan individu remaja dan keluarga yang mulai terkena penyalahgunaan narkoba supaya tidak terkena pengaruh lebih lanjut. Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk penyuluhan dengan teknik ceramah, sarasehan dan diskusi. Melalui bimbingan sosial dengan kunjungan ke rumah, diskusi kelompok dan konseling, pelayanan konseling baik perorangan atau keluarga yang bermasalah dengan narkoba.
3. Pencegahan tertier, ditujukan bagi mereka bekas korban penyalahgunaan narkoba. Tujuannya untuk mencegah jangan sampai para mantan korban narkoba kambuh atau relaps dan terjerumus kembali ke dalam penyalahgunaan narkoba. Kegiatan pencegahan dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan sosial dan konseling terhadap mantan koban dan keluarganya, penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan mereka mencapai kesembuhan yang maksimal. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengembangan minat, bakat dan ketrampilan bekerja dan berusaha, membantu pelayanan penempatan kerja dan bantuan modal kerja / usaha.
4. Pencegahan dengan Kegiatan alternatif dapat dilakukan melalui olah raga, kesenian, keagamaan, dan bakti sosial. Atau kegiatan yang melibatkan peran aktif masyarakat mulai dari tingkat Rukun Tetangga, Rukun warga, kelurahan, sampai kecamatan.
5. Pencegahan berbasis masyarakat. Prinsip pencegahan ini adalah masyarakat mengetahui dan dapat mengatasi masalahnya, masyarakat terpanggil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dikem-bangkan oleh mereka sendiri melalui kerja sama dengan kelompok-kelompok lain.
Tujuan pencegahan berbasis masyarakat adalah meningkatkan keterlibatan dan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Sedang pelaksanaannya dapat melalui penyuluhan dan pelatihan sebagai konselor, pembuatan selebaran dan kegiatan alternatif, dengan sasaran kegiatan di lingkungan remaja, pemuka masyarakat, orang tua atau keluarga dan organisasi sosial.
Kecenderungan anak menyalah-gunakan narkoba tidak dapat dilepaskan dari peran dan tanggung jawab orang tua. Sekalipun lingkungan seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar bagi anak, tetapi apabila orang tua dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, maka pengaruh lingkungan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam rangka penyalahgunaan narkoba pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Orang tua sebagai panutan. Orang tua perlu memberikan contoh kepada anaknya baik dalam lingkup rumah ataupun luar rumah, harus sesuai apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Sehingga anak tidak mengecap orang tua dengan istilah NATO, No Action Talk Only, atau istilah "jarkoni" (iso ujar ora iso nglakoni / bisa ngomong tidak bisa menjalani). Seperti apabila orang tua menghendaki anaknya tidak merokok, maka sebaiknya orang tua juga tidak merokok. Selain itu orang tua juga harus jujur dan mengakui kelemahannya kepada anak tanpa harus merasa takut kehilangan wibawa.
2. Orang tua menjadi teman diskusi. Apapun yang disampaikan anak, baik berita baik atau buruk perlu didengarkan dengan baik. Anak perlu diajak berdialog secara lebih terbuka dan mendalam. Untuk itu diperlukan waktu yang tepat, dengan tetap menjaga kerahasiaan anak, memperhatikan segala ekspresi wajah dan tingkah laku serta emosi anak.
3. Orang tua menjadi tempat bertanya.
Orang tua perlu mengikuti perkembangan dan permasalahan anak, sehingga dapat memberikan penjelasan bila anak bertanya tentang berbagai permasalahan anak, termasuk masalah narkoba. Untuk itu orang tua perlu belajar dan membaca buku-buku tentang narkoba.
4. Orang tua mampu membuat aturan secara konsisten, kontinyu dan konsekuen. Aturan yang dibuat orang tua harus dipertimbangkan dan disetujui bersama dengan semua anggota keluarga. Aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua harus dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua sendiri.
5. Orang tua mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai agama.
Tradisi keluarga yang baik dalam keluarga perlu tetap diteruskan bersama. Mengajarkan pekerjaan rumah bersama, rekreasi bersama, sholat atau ibadah yang lain, mengakui kesalahan dan meminta maaf baik dari anak kepada orang tua atau sebaliknya orang tua kepada anak, merupakan contoh yang perlu dijadikan kebiasaan.
6. Orang tua perlu menggali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai macam kegiatan. Pengembangan potensi anak dapat menumbuhkan prestasi bagi anak, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri yang positif dan akhirnya anak memiliki jati diri yang stabil.
7. Orang tua berperan sebagai pembimbing bagi anak.
Peran sebagai pembimbing anak terutama dalam membantu anak mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan mengembangkan alternative penyelesaian masalah, termasuk dalam mengatasi tekanan dan pengaruh negative teman sebaya.
8. Orang tua perlu mengontrol kegiatan anak.
Kontrol terhadap anak perlu dilakukan setiap kali anak akan keluar rumah. Orang tua perlu mengetahui kemana tujuan anak pergi, dengan siapa, kapan pulang, dan hal-hal lain yang perlu harus diketahui. Kontrol disini menunjukkan bahwa orang tua punya perhatian khusus kepada anak, dan tidak membiarkan anak bertindak semaunya sendiri. Disamping kontrol yang ketat, orang tua perlu melakukan komunikasi dan dialog dengan anak dan menerima keberatan yang disampaikan anak.
9. Orang tua perlu mengenal teman anak.
Bila anak membawa teman ke rumah, maka orang tua perlu sekali-kali bergabung dengan mereka. Lakukan komunikasi dengan mereka untuk mengetahui dimanatinggalnya, dengan siapa, bagaimana kabar orang tuanya, kegiatan apa yang dilakukan jika ada waktu luang di luar sekolah dan hal lain yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Dengan kebiasaan ini akan membuat anak maupun teman temannya menjadi akrab dengan orang tua dan bisa menganggap orang tua sebagai bagian dari kelompok mereka.Sebaiknya orang tua mengetahui nomer handpone mereka atau rumah mereka.
10. Orang tua perlu menumbuhkan kesadaran anak akan bahaya penyalah gunaan narkoba yang tidak sesuai dengan nilai norma, agama dan aturan-aturan hukum yang brelaku di masyarakat. Sampaikan juga akibat penyalah-gunaan narkoa yang mengakibat-kan terjadinya putus sekolah, tidak bisa bekerja dengan baik, terlibat tindak kekerasan dan mengganggu ketertiban umum, menimbulkan berbagai macam penyakit seperti hepatitis dan HIV/AIDS, kurang diharagai orang, kurang dipercaya orang, dikucilkan dari lingkungan, merusak masa depannya dan akhirnya tidak bisa menjadi manusia mandiri.
11. Orang tua perlu melibatkan anak untuk mewujudkan cita-cita keluarga.
Sejak anak masih kecil agar dibiasakan untuk terlibat dalam mewujudkan keutuhan dan keharmonisan keluarga, misalnya dengan melakukan makan bersama, ibadah bersama dan diskusi masalah keluarga.Anak perlu terlibat dalam mewujudkan cita-cita keluarga dengan membiasakan hidup hemat, menabung dan tidak berlebihan. Anak perlu diajak untuk menangkal godaan-godaan negatif yang datang dari lingkungan sekolah, rumah atau tempat bergaulnya.
12. Orang tua perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelatihan dan penyuluhan tentang narkoba, mempelajari pengenalan dini gejala atau tanda pengguna narkoba, sehingga dengan pengetahuan yang cukup orang tua dapat segera mengetahui seseorang anak telah mengenal atau mencoba nakoba. Pengetahuan dan ketrampilan lain yang perlu dipelajari adalah pemahaman tentang anak dan remaja, komunikasi efektif, pengetahuan dasar narkoba, identifikasi dan gejala narkoba, daftar lembaga atau perorangan yang dapat membantu keluarga mengatasi penyalahgunaan narkoba, kelompok relawan narkoba, aspek hukum yang berkaitan dengan narkoba, peran orang tua dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, pengembangan program pendidikan tentang narkoba di rumah, sekolah dan masyarakat.
Untuk itu orang tua harus mengetahui bagaimana tips yang bisa diberikan dan diajarkan kepada anak, bagaimana caranya agar anak terhindar dari tawaran teman-teman atau orang lain untuk menggunakan narkoba. Karena pada umumnya seseorang mengenal dan menggunakan narkoba berawal dari tawaran teman dekatnya, sehingga anak sulit menolak ajakan teman dekat, apalagi kalau pacarnya sendiri yang menawarkan. Berikut ini tips yang bisa diajarkan kepada anak agar dapat menolak ajakan menggunakan narkoba :
1. Ajarkan anak untuk siap mental bila menolak tawaran temannya menggunakan narkoba. Kadang-kadang mereka akan menjuluki anak yang menolak tawaran narkoba dengan istilah banci, ayam sayur, lembek, nggak macho, nggak gaul, norak dan Iain-lain. Abaikan saja bila tetap ada yang mengejek dan tetaplah pada pendirian.
2. Berkata tidak bila ada yang menawarkan
3. Berikan alasan yang tegas dan tepat misalnya "saya ada tugas dari sekolah", "sudahlah saya sudah tahu kok", "maaf saya tidak tertarik", "untuk yang satu ini ... sori saya nggak bisa",
4. Mengalihkan topik pembicaraan.
5. Tawarkan teman untuk mengerjakan kegiatan lain seperti nonton, olah raga, diskusi, main musik dan lainnya.
6. Bersikap tenang dan cepat meninggalkan teman yang membujuk menggunakan narkoba.
Katakan alasan, misalnya "ada urusan lain", "maaf saya ditunggu bapak/ibu", "maaf ngantuk sekali dan kepala saya pusing".
7. Hindari dari kelompok teman pengguna.
Setelah orang tua mengetahui perannya dalam rangka melindungi anak dari penyalahgunaan narkoba, mengajarkan tips kepada anak bagaimana menolak tawaran menggunakan narkoba, maka perlu juga diketahui bagaiman orang tua bisa mendeteksi dini jika anak sudah mulai menyalahgunakan narkoba. Berikut ini tanda-tanda yang merupakan indikasi anak mulai terlibat narkoba:
1. Nilai sekolah menurun.
Pada setiap anak pemakai narkoba hampir dapat dipastikan akan terganggu prestasi belajarnya. Ukuran yang mudah untuk melihat gangguan prestasi belajar adalah dengan mengamati nilai pelajaran yang didapat di sekolah. Waspadai jika nilai sekolah anak memperlihatkan kecenderungan menurun.
2. Motivasi sekolah menurun Sekolah atau belajar bukan lagi menjadi tempat menarik bagi anak pengguna narkoba. Anak menjadi malas berangkat sekolah dan malas membuat pekerjaan rumah.
3. Sering keluar kelas dan tidak kembali sekolah.
4. Mengantuk di kelas.
Pada anak pengguna narkoba merasa bosan berada di kelas dan sering tidak konsentrasi dan malas memperhatikan guru.
5. Sering dipanggil guru karena tidak disiplin.
Sangat sulit bagai pengguna narkoba untuk besikap disiplin. Mereka cenderung mengabaikan hal-hal yang menuntut perhatian dan konsentrasi.
6. Sering membolos.
Hal ini menjadi kebiasaan bagi anak pengguna narkoba. Meski dari rumah sudah minta ijin berangkat ke sekolah, namun seringkali tidak sampai ke sekolah. Mereka berkumpul dengan sesama pemakai narkoba.
7. Meninggalkan hobi yang biasa dilakukan.
Kegiatan hobi dan olahraga yang biasa dilakukan sudah mulai ditinggalkan. Mereka malas melakukan aktivitas yang memerlukan gerak dan perhatian serius, karena menurunnya konsentrasi.
8. Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah.
Anak pemakai narkoba selalu berkeinginan untuk bisa bergaul dengan teman yang berperilaku serupa. Teman-teman yang berperilaku menyimpang merupakan teman yang sering diajak berkumpul.
9. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga.
Rumah dan semua kegiatan keluarga tidak lagi menarik minat pemakai narkoba. Mereka akan berupaya menghindari lingkungan keluarga.
10. Mengeluh karena menganggap orang tua tidak memberikan kebebasan.
Pemakai narkoba pada dasarnya tidak bisa diajak disiplin. Mereka beranggapan orang-orang di rumah terlalu menegakkan disiplin dan mengekang segala kemauannya.
11. Sering meminjam uang kepada teman.
Banyaknya kebutuhan uang untuk membeli narkoba membuat mereka senantiasa kekurangan uang. Meminjam uang kepada teman menjadi salah satu kebiasaan mereka.
12. Sering pergi hingga malam atau menginap di rumah teman.
Para pemakai narkoba tidak lagi kerasan dan cocok terhadap lingkungan rumah, mereka lebih suka tinggal bersama teman senasib.
13. Berubahnya gaya pakaian dan gaya musik yang disukainya.
14. Tidak peduli pada kebersihan dirinya.
Pemakai narkoba biasanya malas untuk mandi dan takut air, tidak mengabaikan kebersihan dirinya lagi.
15. Menunjukkan sikap tidak peduli.
16. Teman lama ditinggalkannya, biasanya para pemakai narkoba mencari teman-teman baru yang sepaham dengannya. Teman lama yang tidak mau menggunakan biasanya mulai ditinggalkan.
17. Bila ditanya, sikapnya defensif atau penuh kebencian.
Para pemakai narkoba biasanya bersikap tidak menyenangkan dan penuh kebencian bila ditanya oleh seseorang. Selalu curiga kepada orang lain.
18. Mudah tersinggung di sekolah. Para pemakai narkoba biasanya emosional dan mudah tersinggung.
Apabila orang tua menjumpai beberapa indikasi anak sudah mulai terlibat narkoba, maka perlu dilakukan tes narkoba terhadap urin anak. Tes narkoba bisa dilakukan di laboratorium klinik atau klinik praktek dokter, atau rumah sakit. Apabila dari hasil tes urin menunjukkan positif, yang berarti anak tersebut kemungkinan pernah atau telah menggunakan narkoba. Hasil urin yang positif terhadap narkoba perlu dilakukan tes konfirmasi untuk meyakinkan hasilnya karena ada beberapa obat yang juga menunjukkan hasil positif. Apabila dari tes konfirmasi hasilnya tetap positif yang berarti anak tersebut benar telah memakai narkoba, maka sikap orang tua adalah :
1. Berusahalah tetap tenang, jangan panik, kendalikan emosi, marah, tersinggung atau rasa bersalah lainnya. Ucapkan terima kasih kepada orang yang memberi tahu.
2. Jangan tunda masalah. Hadapi kenyataan dan adakan dialog terbuka dengan anak, kemukakan yang anda ketahui, jangan menuduh pada saat anak dalam pengaruh narkoba. Carilah waktu yang tepat untuk menanyakan kebenarannya bahwa anak menggunakan narkoba.
3. Dengarkan anak. Beri dorongan non verbal, jangan memberi ceramah atau nasehat. Jangan rendahkan harga diri anak, buat agar anak merasa aman dan nyaman berbicara dengan orang tua.
4. Hargai kejujuran anak. Bila anak sudah mengakui menggunakan narkoba, jangan menampilkan reaksi marah. Orang tua perlu bersyukur bahwa anak mau bersikap jujur.
5. Jujur terhadap diri sendiri. Beri contoh sikap jujur dan terbuka dengan mengakui kelemahan dan kesalahan orang tua, jangan merasa benar sendiri. Saling memaafkan untuk kesalahan sikap, kata-kata dan perbuatan dimasa lalu yang menyakitkan.
6. Tingkatkan hubungan dalam keluarga. Selesaikan konflik yang ada dalam keluarga, rencanakan membuat kegiatan bersam-sama dengan keluarga.
7. Cari pertolongan. Jika sulit mengendalikan emosi dan menghadapi masalah minta bantuan kepada pihak ketiga atau tenaga profesi, puskesmas, rehabilitasi dengan atau tanpa seizin anak.
8. Pendekatan kepada orang tua teman anak pengguna narkoba. Kunjungi orang tua teman anak yang menggunakan narkoba ungkapan dengan hati-hati dan bijaksana apa yang anda ketahui, ajak kerjasama menghadapi masalah.
9. Bawa anak ke Rumah sakit atau klinik yang bisa menangani dan mengobati korban penyalahgunaan narkoba untuk dilakukan detoksifikasi dan perawatan lanjutan, baik fisik, psikis dan sosial. Untuk di daerah Yogyakarta bisa dilakukan di Rumah sakit Ghrasia Pakem, Rumah Sakit Sarjito, Panti Rehabilitasi milik Dinas Sosial di Purwomartani, Pusat terapi berdasarkan keagamaan seperti di yayasan Al Islami Kali bawang , Pondok Pesantren Krapyak, Yayasan Berita Kitab Wahyu atau tempat lain / Rumah sakit yang telah resmi sebagai tempat terapi.